Kemiskinan di Indonesia
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Sebagian orang memahami istilah ini
secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi
moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan. Kemiskinan dapat juga dikatakan sebagai suatu standar tingkat
hidup yang rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung
tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan kehidupan moral, dan rasa
harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
Dalam
kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta (harta yang
ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir” diartikan
sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu
bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa
neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi negative (ketidakseimbangan)
antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Berdasarkan data Bank Dunia
jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah 10 sampai 20% tetapi
telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 215 juta jiwa (www.ismailrasulong.wordpress.com).
Hal ini
diakibatkan oleh ketidakmampuan mengakses sumber-sumber permodalan, juga karena
infrastruktur yang juga belum mendukung untuk dimanfaatkan masyarakat
memperbaiki kehidupannya, selain itu juga karna SDM, SDA, Sistem, dan juga
tidak terlepas dari sosok pemimpin. Kemiskinan harus diakui memang terus
menjadi masalah fenomenal sepanjang sejarah Indonesia sebagai negara bangsa,
bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk mengurus persoalan
kemiskinan.
PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN DI
INDONESIA
▪ Tahun 1976
- 2007
Jumlah penduduk miskin di
Indonesia pada periode 1976-2007 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun
1976 penduduk miskin sekitar 54,2 juta jiwa (sekitar 44,2 juta jiwa di
perdesaan, dan sekitar 10 juta jiwa di perkotaan). Angka ini pada tahun 1980
berkurang hingga menjadi sekitar 42,3 juta jiwa (sekitar 32,8 juta jiwa di
perkotaan, dan sekitar 9,5 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar
21,95 persen dari tahun 1976. Pada tahun 1990 jumlah penduduk miskin berkurang
hingga menjadi sekitar 27,2 juta jiwa (sekitar 17,8 juta jiwa di perkotaan, dan
sekitar 9,4 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar 35,69% dari tahun
1980. Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan hingga mencapai
sekitar 34,5 juta jiwa (sekitar 24,9 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,6
juta jiwa di perdesaan). Dibandingkan dengan tahun 1990, angka ini menurun
sekitar 20,87%. Namun, pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin kembali meningkat
hingga menjadi sekitar 38,4 juta jiwa. Sementara, pada tahun 2007 jumlah
penduduk miskin menurun hingga menjadi sekitar 37.17 juta jiwa. Fluktuasi
jumlah penduduk miskin di Indonesia disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi,
pertambahan jumlah penduduk tiap tahun, pengaruh kebijakan pemerintah dan
sebagainya (Badan Pusat Statistik).
▪ Tahun
2007– Maret 2008
Analisis
tren tingkat kemiskinan antara kondisi Maret 2007 dan Maret 2008 dimaksudkan
untuk mengetahui perubahan tingkat kemiskinan selama setahun terakhir. Garis
kemiskinan pada periode Maret 2007-Maret 2008 mengalami peningkatan sebesar
9,56%, yaitu dari Rp.166.697,- per kapita per bulan pada Maret 2007 menjadi
Rp.182.636,- per kapita per bulan pada Maret 2008. Hal yang sama juga terjadi
di perkotaan dan di perdesaan masing-masing meningkat sebesar 9,02% dan 10,21%.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta
orang (15,42%). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah
37,17 juta (16,58%), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta. Jumlah
penduduk miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah
perkotaan. Selama periode Maret 2007 - Maret 2008, penduduk miskin di daerah
perdesaan berkurang 1,42 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79
juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan
tidak banyak berubah. Pada bulan Maret 2007, sebagian besar (63,52%) penduduk
miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2008 persentase ini
hampir sama yaitu 63,47% (Badan Pusat Statistik).
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN MENURUT PARA AHLI
Menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yaitu :
1). Pendidikan yang Terlampau Rendah
Tingkat pendidikan yang
rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang
diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang
dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk
dalam dunia kerja.
2). Malas Bekerja
Adanya sikap malas
(bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh
tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3). Keterbatasan Sumber Alam
Suatu masyarakat akan
dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi
kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena
sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja
Keterbatasan lapangan kerja
akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang
harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal
tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan
modal dan keterampilan.
5). Keterbatasan Modal
Seseorang miskin sebab
mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka
menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh
penghasilan.
6). Beban Keluarga
Seseorang yang mempunyai
anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan
pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga
akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga
mengemukakan bahwa kemiskinan pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya
komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran ajaran agama,
kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap
diri sendiri tercermin dari adanya :
1) keengganan bekerja dan berusaha,
2) kebodohan,
3) motivasi rendah,
4) tidak memiliki rencana jangka panjang,
5) budaya kemiskinan, dan
6) pemahaman keliru terhadap kemiskinan.
Sedangkan penganiayaan terhadap orang lain terlihat dari ketidakmampuan
seseorang bekerja dan berusaha akibat :
1) ketidakpedulian orang mampu kepada orang yang memerlukan atau
orang tidak mampu dan
2) kebijakan yang tidak memihak kepada orang miskin.
Kartasasmita dalam Rahmawati (2006:4) mengemukakan bahwa,
kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab,
diantaranya yaitu :
1. Rendahnya Taraf Pendidikan
Taraf pendidikan yang
rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan meyebabkan
sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga
membatasi kemampuan seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.
2. Rendahnya Derajat Kesehatan
Taraf kesehatan dan gizi
yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya Lapangan Kerja
Selain kondisi kemiskinan
dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga diperberat oleh terbatasnya lapangan
pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada
harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan.
4. Kondisi Keterisolasian
Banyak penduduk miskin
secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup
terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan,
kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.
Nasikun dalam Suryawati (2005:5) menyoroti beberapa
sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :
1) Pelestarian Proses Kemiskinan
Proses pemiskinan yang
dilestarikan, direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan diantaranya
adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.
2) Pola Produksi Kolonial
Negara ekskoloni mengalami
kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena
tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.
3) Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Adanya unsur manajemen
sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang
akan menurunkan produktivitas.
4) Kemiskinan Terjadi Karena Siklus Alam.
Misalnya tinggal di lahan
kritis, dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi jika musim
kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang
maksimal dan terus-menerus.
5) Peminggiran Kaum Perempuan
Dalam hal ini perempuan
masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan
hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.
6) Faktor Budaya dan Etnik
Bekerjanya
faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan seperti, pola hidup
konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang
konsumtif saat upacara adat atau keagamaan.
REFERENSI:
www.ismailrasulong.wordpress.com
Comments
Post a Comment